Minggu, 30 September 2012

Metode Penelitian


Dalam bahasa yang sederhana “Metode” merupakan langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang ingin dilakukan sesuai dengan konsep yang di buat, sedangkan “Penelitian” beberapa pengertian yaitu :
“Penelitian  adalah  pencarian  atas  sesuatu  (inquiry)  secara  sistematis  dengan  penekanan  bahwa  pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. (Parsons, 1946).”
“Penelitian adalah  suatu pencarian  fakta menurut metode objektif  yang  jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum. (John, 1949). “
“Penelitian adalah  transformasi yang  terkendalikan atau  terarah dari  situasi yang dikenal dalam  kenyataan-kenyataan  yang  ada  padanya  dan  hubungannya,  seperti  mengubah  unsur  dari  situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu (Dewey, 1936)”
Dari definisi-definisi tentang penelitian, maka nyata bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan  yang terorganisasi. Penelitian juga dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian  yang terus-menerus terhadap sesuatu.
 Jadi metode penelitian secara sederhana merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menemukan data baik yang bersumber dari perpustakaan maupun yang bersumber dari lapangan yang disusun secara sistematis dan logis untuk menemukan fakta.
dalam penulisan penelitian sejarah dikatakan bahwa penelitian sejarah hanya dibatasi oleh batasan tempat dan batasan waktu. Metode  penelitian  sejarah  adalah  metode  atau  cara  yang  digunakan  sebagai  pedoman  dalam  melakukan  penelitian  peristiwa  sejarah  dan permasalahannya.  Dengan  kata  lain,  metode  penelitian  sejarah  adalah instrumen  untuk merekonstruksi  peristiwa  sejarah menjadi sejarah sebagai kisah.
Dalam  ruang  lingkup  Ilmu Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah. Metode  sejarah digunakan  sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab  enam pertanyaan  (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen  dasar  penulisan  sejarah,  yaitu  what  (apa),  when  (kapan),  where (dimana),  who  (siapa),  why  (mengapa),  dan  how  (bagaimana).  Pertanyaan-pertanyaan  itu  konkretnya  adalah:  Apa  (peristiwa  apa)  yang  terjadi?  Kapan terjadinya?  Di  mana  terjadinya?  Siapa  yang  terlibat  dalam  peristiwa  itu? Mengapa peristiwa itu terjadi? Bagaimana proses terjadinya peristiwa itu? Suatu  penelitian  ilmiah  tentu  berawal  dari  pemilihan  topik  yang  akan diteliti.  Dalam  bidang  sejarah,  topik  penelitian  harus  memenuhi  beberapa persyaratan.
a)  Topik  itu harus menarik (interesting  topic), dalam arti menarik sebagai
obyek penelitian. Dalam hal  ini  termasuk adanya keunikan (uniqueness
topic).
b)  Substansi masalah dalam  topik harus memiliki arti penting  (significant
topic), baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi kegunaan tertentu.
c)  Masalah  yang  tercakup  dalam  topik  memungkinkan  untuk  diteliti
(manageable  topic).  Persyaratan  ini  berkaitan  dengan  sumber,  yaitu
sumber-sumbernya dapat diperoleh.
Meskipun  topik  sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila sumber-sumbernya, khususnya  sumber utama  tidak diperoleh, masalah dalam topik  tidak  akan  dapat  diteliti. Oleh  karena  itu  calon  peneliti  harus memiliki wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis.
Penelitian  sejarah  yang  pada  dasarnya  adalah  penelitian  terhadap sumber-sumber  sejarah, merupakan  implementasi  dari  tahapan  kegiatan  yang tercakup  dalam  metode  sejarah,  yaitu  heuristik,  kritik,  interpretasi,  dan  historiografi.  Tahapan  kegiatan  yang  disebut  terakhir  sebenarnya  bukan kegiatan  penelitian,  melainkan  kegiatan  penulisan  sejarah  (penulisan  hasil penelitian).
Heuristik  adalah  kegiatan  mencari  dan  menemukan  sumber  yang diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan  peneliti mengenai  sumber  yang  diperlukan  dan  keterampilan  teknis penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah terdiri  atas  arsip,  dokumen,  buku,  majalah/jurnal,  surat  kabar,  dan  lain-lain.
Berdasarkan  sifatnya,  sumber  sejarah  terdiri  atas  sumber  primer  dan  sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari  waktu  peristiwa  terjadi.  Sumber  sekunder  adalah  sumber  yang  waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa.   Peneliti  harus  mengetahui benar,  mana  sumber  primer  dan  mana  sumber  sekunder.  Dalam  pencarian sumber  sejarah,  sumber  primer  harus  ditemukan,  karena  penulisan  sejarah ilmiah tidak ukup hanya menggunakan sumber sekunder.
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber  itu  terlebih  dahulu  harus  dinilai  melalui  kritik  ekstern  dan kritik  intern.  Kritik  ekstern  menilai,  apakah  sumber  itu  benar-benar  sumber yang  diperlukan? Apakah  sumber  itu  asli,  turunan,  atau  palsu? Dengan  kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber.
Tujuan  utama  kritik  sumber  adalah  untuk  menyeleksi  data,  sehingga diperoleh  fakta.  Setiap  data  sebaiknya  dicatat  dalam  lembaran  lepas  (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan. 
Setelah  fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara  satu  fakta dengan  fakta  lain. Penafsiran atas  fakta  harus  dilandasi  oleh  sikap  obyektif.  Kalaupun  dalam  hal  tertentu  bersikap subyektif, harus  subyektif  rasional,  jangan  subyektif  emosional. Rekonstruksi peristiwa  sejarah  harus  menghasilkan  sejarah  yang  benar  atau  mendekati kebenaran.
Kegiatan  terakhir  dari  penelitian  sejarah  (metode  sejarah)  adalah merangkaikan  fakta  berikut  maknanya  secara  kronologis/diakronis  dan sistematis, menjadi  tulisan  sejarah  sebagai kisah. Kedua  sifat uraian  itu harus benar-benar  tampak,  karena  kedua  hal  itu  merupakan  bagian  dari  ciri  karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.
Selain  kedua  hal  tersebut,  penulisan  sejarah,  khususnya  sejarah  yang bersifat  ilmiah,  juga  harus  memperhatikan  kaidah-kaidah  penulisan  karya ilmiah umumnya.
a)  Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa  yang  bersangkutan.  Kaya  ilmiah  dituntut  untuk  menggunakan kalimat efektif.
b)  Merperhatikan  konsistensi,  antara  lain  dalam  penempatan  tanda  baca, penggunaan istilah, dan penujukan sumber.
c)  Istilah  dan  kata-kata  tertentu  harus  digunakan  sesuai  dengan  konteks permasalahannya.
d)  Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.
Kaidah-kaidah  tersebut  harus  benar-benar  dipahami  dan  diterapkan, karena kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula oleh format penyajiannya.   8
Penelitian sejarah harus dilandasi atau berpedoman pada kaidah-kaidah metode  sejarah.  Jika  tidak,  penelitian  itu  hanya  akan  menghasilkan  tulisan sejarah semi ilmiah atau bahkan sejarah populer. Oleh karena itu calon peneliti sejarah  harus  memahami  kaidah-kaidah  metode  sejarah  dan  mampu mengimplementasikannya,  agar  penelitian  itu  menghasilkan  karya  sejarah ilmiah.
Penulisan  sejarah  ilmiah  dituntut  untuk  menghasilkan  eksplanasi mengenai  permasalahan  yang  dibahas.  Eksplanasi  itu  diperoleh  melalui analisis. Untuk mempertajam analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan  teori sejarah perlu ditunjang oleh  teori dan/atau konsep  ilmu-ilmu sosial yang relevan (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.). Dengan kata lain, penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah yang  dibahas,  perlu  dilakukan  secara  interdisipliner  dengan  menggunakan pendekatan  multidimensional  (multidimensional  approach).  Hal  itu  sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.
Oleh  karena  itu,  penelitian  sejarah  dan  hasilnya  dapat  membantu penelitian dan  pengembangan  kebudayaan.  Sejarah  mengkaji  aspek-aspek kehidupan manusia di masa lampau, termasuk kebudayaan. 

Jumat, 28 September 2012

Gerakan Sosial Menurut Para Ahli



Gerakan sosial atau gerakan massa, atau gerakan informal, merupakan sebuah fenomena penting dalam sejarah pertumbuhan dan kemajuan bangsa-bangsa. Hampir semua peristiwa besar dan mengubah sebuah tatanan, baik itu politik, ekonomi, maupun sosial budaya, seringkali bermula dan mendapat momentum melalui sebuah gerakan sosial. Gerakan sosial itu dalam perspektif politik secara populer juga sering disebut people power.
Jika kita melihat secara historis Gerakan Sosial adalah sebuah fenomena yang universal. Rakyat di seluruh masyarakat manusia tentu mempunyai alasan untuk bergabung dan berjuang demi mendapatkan tujuan kolektif mereka dan secara bersama-sama menentang orang-orang yang berani menghalangi tujuan mereka. Begitu juga yang terjadi di Batubara.
Gerakan Sosial termasuk istilah baru dalam kamus ilmu-ilmu sosial. Meskipun demikian di lingkungan yang sudah modern seperti di Indonesia fenomena munculnya gerakan sosial bukanlah hal aneh. Berbagai gerakan sosial dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan Parpol yang kemudian menjamur memberikan indikasi bahwa memang dalam suasana demokratis maka masyarakat memiliki banyak prakarsa untuk mengadakan perbaikan sistem atau struktur yang cacat. Dari kasus itu dapat kita ambil semacam kesimpulan sementara bahwa gerakan sosial merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah. Di sini terlihat tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat. Karena gerakan sosial itu lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun di tubuh pemerintah menjadi sorotannya.
Jika tuntutan itu tidak dipenuhi maka gerakan sosial yang sifatnya menuntut perubahan insitusi, pejabat atau kebijakan akan berakhir dengan terpenuhinya permintaan gerakan sosial. Sebaliknya jika gerakan sosial itu bernafaskan ideologi, maka tak terbatas pada perubahan institusional tapi lebih jauh dari itu yakni perubahan yang mendasar berupa perbaikan dalam pemikiran dan kebijakan dasar pemerintah. Namun dari literatur definisi tentang gerakan sosial ada pula yang mengartikan sebagai sebuah gerakan yang anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu muncul dari masyarakat tapi bisa pula hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau penguasa. Jika definisi digunakan maka gerakan sosial tidak terbatas pada sebuah gerakan yang lahir dari masyarakat yang menginginkan perubahan pemerintah tapi juga gerakan yang berusaha mempertahankan kemauannya. Jika ini memang ada maka betapa relatifnya makna gerakan sosial itu sebab tidak selalu mencerminkan sebuah gerakan murni dari masyarakat.
Di Indonesia, Gerakan Sosial tak kurang pula gebrakannya. Tak terlalu berlebihan pula jika dikatakan bahwa Gerakan Sosial merupakan bagian terpenting serta tak terpisahkan dari perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Kemerdekaan Indonesia itu sendiri, pada dasarnya tidaklah semata-mata muncul dari gerakan bersenjata, tapi juga lewat Gerakan Sosial, yang tumbuh sebagai manifestasi dari kesadaran sejumlah kaum muda, waktu itu, akan realitas.
1.      Pengertian gerakan sosial. Gerakan sosial (Social Movement) memiliki pemaknaan yang beraneka ragam, Para sarjana berbeda pendapat mengenai apa itu gerakan sosial dan bagaimana cara mempelajarinya. Beberapa sarjana menekankan aspek organisasi dan tujuan dari gerakan-gerakan sosial. Michael Useem, misalnya, mendefinisikan gerakan sosial sebagai tindakan kolektif terorganisasi, yang dimaksudkan untuk mengadakan perubahan sosial. John McCarthy dan Mayer Zald menjelaskan lebih rinci, dengan mendefinisikan gerakan sosial sebagai upaya terorganisasi untuk mengadakan perubahan di dalam distribusi hal-hal apa pun yang bernilai secara sosial. Sedang Charles Tilly menambahkan corak perseteruan (contentious) atau perlawanan di dalam interaksi antara gerakan sosial dan lawan-lawannya. Dalam definisinya, gerakan-gerakan sosial adalah upaya-upaya mengadakan perubahan lewat interaksi yang mengandung perseteruan dan berkelanjutan di antara warganegara dan negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program. Secara teoritis Gerakan Sosial merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah. Di sini terlihat tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat. Karena gerakan sosial lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun ditubuh pemerintah menjadi sorotannya. Dari literatur defenisi tentang gerakan sosial, adapula yang mengartikan gerakan sosial sebagai sebuah gerakan yang anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu muncul dari masyarakat tapi bisa juga hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau penguasa.
Jurgen Habermas, sebagaimana dikutip oleh Pasuk Phongpaichit (2004) menyatakan bahwa Gerakan Sosial hubungan defensive individu- individu untuk melindungi ruang publik dan private mereka dengan melawan serbuan dari sistem negara dan pasar.
Anthony Giddens menyatakan Gerakan Sosial sebagai upaya kolektif untuk mengejar kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau gerakan bersama melalui tindakan kolektif (action collective) diluar ruang lingkup lembaga-lembaga yang mapan. Sedangkan Mansoer Fakih menyatakan bahwa Gerakan Sosial dapat diartikan sebagai kelompok yang terorganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial. Sejalan dengan pengertian Gerakan Sosial di atas, Herbert Blumer merumuskan Gerakan Sosial sebagai sejumlah besar orang yang bertindak bersama atas nama sejumlah tujuan atau gagasan. Robert Misel dalam bukunya yang berjudul Teori Pergerakan Sosial mendefenisikan Gerakan Sosial sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan dalam masyarakat.
Tetapi, David Meyer dan Sidney Tarrow, dalam karya mereka Social Movement Society (1998). Memasukkan semua ciri yang sudah disebutkan di atas dan mengajukan sebuah definisi yang lebih inklusif tentang Gerakan sosial, yakni: Tantangan-tantangan bersama, yang didasarkan atas tujuan dan solidaritas bersama, dalam interaksi yang berkelanjutan dengan kelompok elite, saingan atau musuh, dan pemegang otoritas.
2.      Tipologi gerakan-gerakan sosial yang berkembang dalam masyarakat. Ada berbagai macam tipologi atau tipe yang melandasi terbentuknya gerakan-gerakan sosial. Mansur Fakih dalam bukunya “Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial” 1996, mengkelasifikasikan gerakan-gerakan sosial yang berkembang di masyarakat menjadi tiga tipe. Tipe pertama adalah “Kompromis”, tipe kedua adalah “Reformis”, dan tipe yang ketiga adalah gerakan sosial yang “Transformatif”.
Berdasarkan sumber lain, ada juga yang mendiskripsikan gerakan sosial terbut menjadi beberapa tipologi, di antaranya adalah:
1.      Scope/Berdasarkan cakupannya
a.       Reform Movement/ Gerakan reformasi
b.      Radical Movement/ Gerakan radikal
2.      Type of Change/Berdasarkan Jenis Perubahnnya
a.       Innovation Movement/ Gerakan inovasi
b.      Conservative Movement/ Gerakan konservatif
3.      Targets/Berdasarkan Targetnya
a.       Group Focused Movement/ Gerakan yang terfokus pada kelompok
b.      Individual Focused Movement/ Gerakan yang terfokus pada individu
4.      Methods of Work/Berdasarkan Metode Kerjanya
a.       Peaceful Movement/ Gerakan damai
b.      Violent Movement/ Gerakan kekerasan
c.       Terrorist Movement/ Gerakan teror
5.      Old and New Movement /Gerakan Lama dan Baru Gerakan
6.      Range/Berdasarkan Ruang Lingkupnya
a.       Global Movement/Gerakan gkobal
b.      Local Movement/Gerakan lokal
c.       Multilevel Movement/Gerakan yang bersifat multi level


Selasa, 25 September 2012

Rahasia Mesir Kuno Membangun Piramida Agung Giza


Piramida Giza yang Menjadi Salah Satu dari 7 Keajaiban Dunia

Piramida Agung Giza adalah salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno, yang hingga saat ini belum ada  tandingannya. Bangunan terbesar yang berbentuk segi tiga itu, mempunyai ketinggian 146m. Diyakini dibangun pada masa kekuasaan Firáun Khufu yaitu pada tahun 2560 SM. Kontraversi sekitar proses pembangunan Piramida Agung Giza terus berkelanjutan hingga akhir abad ke-19. Dimana, sebagian besar arkeolog dunia tetap berpendapat, bahwa Piramida Agung Giza dibangun dengan konstruksi blok batu granite berjumlah 2.300.000 biji batu yang di ambil dari wilayah Aswan. Setiap blok batu mempunyai bobot 2.5 ton. Proses pembangunannya memakan waktu selama 30 tahun, dengan melibatkan 100.000 orang pekerja.

Gambaran ramp yang diilustrasikan oleh Prof. Davidovits dalam penelitiannya. 

Bahkan ada yang berspekulasi, bahwa bangunan piramida dibangun oleh UFO dengan mengaitkannya kepada potret piramida di Mars.  Ada juga yang mengidentikkan piramida, berhubungan langsung dengan rasi gugus bintang Orion. Jika ditinjau dari letak katiga piramida Giza, maka Piramida Maya pun diyakini memiliki letak dan posisi yang sama, berdasarkan gugus rasi bintang Orion.

Ilustrasi pembuatan piramida oleh UFO

Namun, semua spekulasi sekitar proses dan teknis pembangunan Piramida Agung Giza, pada tahun 1981 seakan terpecahkan. Seorang peneliti berkebangsaan Perancis, Profesor Joseph Davidovits, Direktur Institut Geopolimer Prancis. Secara mengejutkan mengajukan sebuah teori bahwa Piramida Agung Giza dibangun dari unsur tanah liat yang kemudian dibakar menjadi sekeras batu alam. Profesor Davidovits mengatakan, bahwa tanah liat dan bahan lainnya diambil dari sepanjang Suangai Nil, lalu bahan-bahan ini disatukan dalam sebuah cetakan kayu khusus, dan dapat digunakan berulang kali. Campuran semua unsur tanah liat ini selanjutnya dipanaskan pada suhu tinggi, sehingga menyebabkan komponen-komponen kimiawi dari bahan-bahan tersebut saling berinteraksi dan membentuk sejenis batu, persis seperti batu gunung berapi, yang terbentuk jutaan tahun lalu. Dengan teknis semacam ini, menjadikan semua blok batu memiliki ukuran dan potongan yang sama. Percobaan yang dilakukan oleh Profesor Davidovits menggunakan Nanoteknologi (cabang teknik yang berhubungan dengan hal-hal kecil dari 100 nanometer) membuktikan adanya sejumlah besar unsur air dalam bebatuan. Jumlah tersebut seharusnya tidak ada, seperti pada batu alam kebanyakan.

Prof. Joseph Davidovits. 

Tes mikroskop elektronik yang digunakan untuk menganalisis sampel dari batu piramida. Hasilnya, sesuai dengan pendapat Prof. Davidovits, dan kristal kuarsa jelas muncul sebagai hasil dari pemanasan lumpur. Analisis dengan skala Mini E menunjukkan adanya silikon dioksida juga. Sehingga hal ini membuktikan bahwa batu-batu tersebut tidak alami. Selain itu, dalam bukunya “Ils ont bati les pyramides” (cara membangun piramida) yang diterbitkan tahun 2002, Profesor Davidovits telah menjelaskan semua teka-teki yang selama ini menjadi perdebatan para arkeolog, sekitar cara Piramida Agung Giza dibangun. Selain itu, ia juga mereka ulang mekanisme konstruksi sederhana geometris dari lumpur. Beberapa penelitian menegaskan bahwa tungku atau sejenis kompor telah digunakan pada zaman dahulu untuk membuat keramik dan patung-patung. Secara umum, setelah tanah liat dicampur dengan logam dan bahan alami lainnya, lalu dibakar dengan nyala api, sampai patung itu mengeras menyerupai bentuk batuan nyata.
Pendapat Davidovits juga dipertegas oleh Mario Collepardi, seorang Profesor dari Italia yang mengkhususkan diri pada penelitian arsitektur piramida. Ia meyakini bahwa Firaun menggunakan tepung kapur yang tersedia dalam jumlah melimpah di daerah mereka, dicampur dengan tanah biasa. Kemudian mereka menambahkan air dari sungai Nil dan menyalakan api hingga suhu 900 derajat Celcius. Proses pemanasan ini memberi kekuatan pada batu dan menjadikannya mirip dengan batuan alami.

Ilustrasi Pembuatan Piramida Giza

Adapun proses penyusunan blok-blok tanah liat tersebut sebelum dipanaskan, guna membentuk bangunan piramida. Yaitu dengan membangun lereng (ramp) dari bahan kayu mengelilingi konstruksi piramida, sehingga memudahkan para pekerja melakukan proses pengangkutan bahan baku tanah liat/lumpur ke berbagai ruas bangunan piramida. Sehingga dengan cara ini, tidak diperlukan lagi puluhan ribu pekerja untuk membangun sebuah piramida. Selanjutnya pada bulan Desember 2006, sejumlah arkeolog besar dunia seperti, Michel Barsoum, Adrish Ganguly, dan Gilles Hug telah mempublikasikan pendapat mereka di the Journal of the American Ceramic Society, yaitu medukung hasil temuan Profesor Davidovits berkaitan proses pembangunan Piramida Agung Giza. Walaupun ada beberapa arkeolog Mesir lainnya yang belum dapat menerima teori tersebut.
Teknis pembangunan piramida, juga menjadi rahasia Firáun Mesir. Dari jutaan tastamen yang ada, tidak satupun yang menjelaskan sekitar teknis pembangunan Piramida Agung Giza secara detail.
Sehingga dengan temuan teranyar ini, akan membuka mata kita, bahwa teknologi yang digunakan sebenarnya sangat simpel. Akibat kurangnya informasi sekitar detail teknisnya, mendorong setiap arkeolog berspekulasi menurut cara berpikir masing-masing.

FILOSOF PRA SOCRATES


Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Thales 624 SM - 546 SM Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos. Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy)
 Anaximandros 610 SM - 546 SM Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
 Anaximenes 545 SM - 528 SM Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.
 Pythagoras 582 SM - 496 SM Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling terkenal melalui teoremanya. Mendapat julukan sebagai "Bapak Bilangan" atau "Bapak Matematika" dan memberi sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah buatan mengenai dirinya. Salah satu petinggalan pythagoras yang terkenal adalah teoremanya. Teorema Pythagoras menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki kakinya (sisi siku sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepadanya karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Pythagoras dan muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus berritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan atau perbandingan bilangan.
Alkmeon 500 SM Alkmeon adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Phytagoras. Ia adalah murid dari Phytagoras. Dia adalah filsuf pertama dari mazhab tersebut yang mengeluarkan karya dalam bidang ilmu alam. Selain sebagai filsuf, Tokoh Ilmuwan Penemu - http://www.tokoh-ilmuwan-penemu.com ia juga dikenal sebagai dokter. Ia banyak berkarya di bidang pengobatan dan juga di dalam ilmu alam. Ia juga dikenal sebagai fisiologis pertama. Philolaos 500 SM Philolaos adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Phytagoras. Selain sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai dokter dan juga penulis. Ia adalah filsuf pertama dari Mazhab Phytagoras yang mengeluarkan karya tertulis. Namanya disebut-sebut di dalam koleksi-koleksi teori medis sejak awal abad ke-5 SM. Selain itu, terdapat keterangan tentang dirinya dari sebuah papirus yang terdapat di British Museum. Hanya ada sedikit fragmen dari tulisannya yang masih tersimpan hingga kini. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Perihal Alam" (On Nature) Hippasus 500 SM Hippasus dari Metapontum adalah seorang filsuf penganut aliran Phytagoras. Ia termasuk ke dalam golongan filsuf dari aliran Phytagoras Tua, yakni sebelum sekolah dari aliran Phytagoras di Kroton ditutup pada abad ke-5 SM. Beberapa filsuf lain yang termasuk golongan aliran Phytagoras Tua adalah Cercops, Petron, Brontinus, Kalliphon, Democedes, dan Parmeniscus. Tidak ada karya tertulis yang masih tersimpan dari semua filsuf tersebut, termasuk Hippasus. Ketika aliran Phytagoras terpecah menjadi dua kelompok, akusmatikoi dan mathematikoi, Hippasus menjadi pemimpin dari kelompok mathematikoi. Kelompok akusmatikoi melihat perlunya menaati semua peraturan aliran Phytagoras dengan seksama, sedangkan kelompok mathematikoi mengutamakan pengajaran ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti. Ia dianggap sebagai penemu bilangan irasional, khususnya membuktikan bahwa akar kuadrat dari 2, \sqrt{2}, adalah bilangan irasional Democritus.
 Democritus (460 SM - 370 SM) yang lahir di Abdera adalah seorang filsuf Yunani yang mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi. Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu fisika materi yang menutup kemungkinan adanya intervensi Tuhan atau Dewa. Dalam bidang Astronomi dia juga orang pertama yang menyatakan pendapat bahwa galaxi Bima Sakti adalah kumpulan cahaya, gugusan bintang yang letaknya saling berjauhan. Teori Democritus (yang tidak diterima oleh Aristoteles) tidak diacuhkan orang selama Abad Pertengahan dan punya sedikit pengaruh terhadap ilmu pengetahuan. Meski begitu beberapa ilmuwan terkemuka dari abad ke-17 (termasuk Isaac Newton) mendukung pendapat serupa. Tetapi, tak ada teori atom dikemukakan ataupun digunakan dalam penyelidikan ilmiah. Dan lebih penting lagi tak ada seorang pun yang melihat adanya hubungan antara spekulasi filosofis tentang atom dengan hal-hal nyata di bidang kimia. sampai Dalton muncul menyuguhkan "teori kuantitatif" yang jelas dan jemih yang dapat digunakan dalam penafsiran percobaan kimia dan dapat dicoba secara tepat di laboratorium. - Tokoh Ilmuwan Penemu 

new spirit

alhamdulillah setelah sekian lama, saya baru sadar bahwa "ngeblog" itu menyenangkan
tunggu aksi selanjutnya.